Para ahli primata Internasional menemukan spesies monyet baru yang hidup di pedalaman hutan Myanmar utara. Monyet jenis baru ini berhidung pesek, bahkan sama sekali terlihat hampir tidak mempunyai hidung.
Ahli primata yang tergabung dalam Internasional Flora dan Fauna (IFF) memberi nama monyet spesies baru ini dengan nama Rhinopithecus Strykeri atau lebih dikenal dengan monyet pesek Myanmar.
Pencarian dimulai pada awal tahun 2001 saat pemburu melaporkan telah menemukan seekor monyet berbibir tebal dan berhidung mengarah ke atas. Ciri-ciri yang tidak ditemukan pada spesies manapun di daerah tersebut membuat tim pencari yang dipimpin oleh Asosiasi Konservasi Alam Myanmar mulai menyisir hutan di negara bagian Kachin.
Monyet hidung pesek Myanmar ini berbeda dengan monyet hidung pesek yang sebelumnya pernah ditemukan di China dan Vietnam. Monyet ini berbulu lebat berwarna hitam dengan bibir yang tebal. Ekornya sangat panjang, hampir dua kali ukuran tubuhnya.
Hidung pesek dengan lubang yang besar menghadap ke atas menyebabkan air masuk ke dalam hidung kera, sehingga dia kerap bersin. Untuk menghindari kemasukan air hujan, monyet ini seringkali duduk dengan kepala terselip di antara lutut.
Monyet ini dipercaya menghabiskan waktunya pada musim panas di dataran tinggi dan mendekat ke pemukiman warga ketika musim dingin untuk mencari makan. Habitatnya yang dikelilingi oleh Sungai Mekong dan Sungai Salween membuat monyet ini terisolasi dengan monyet lainnya dan sulit dijumpai.
IFF memperkirakan spesies ini hanya terdapat sekitar 300 ekor di alam liar. Hal ini membuat Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan spesies ini ke dalam kategori terancam punah. Sayangnya, perburuan untuk konsumsi serta penebangan liar mengancam keberadaan spesies ini.
Pencarian dimulai pada awal tahun 2001 saat pemburu melaporkan telah menemukan seekor monyet berbibir tebal dan berhidung mengarah ke atas. Ciri-ciri yang tidak ditemukan pada spesies manapun di daerah tersebut membuat tim pencari yang dipimpin oleh Asosiasi Konservasi Alam Myanmar mulai menyisir hutan di negara bagian Kachin.
Monyet hidung pesek Myanmar ini berbeda dengan monyet hidung pesek yang sebelumnya pernah ditemukan di China dan Vietnam. Monyet ini berbulu lebat berwarna hitam dengan bibir yang tebal. Ekornya sangat panjang, hampir dua kali ukuran tubuhnya.
Hidung pesek dengan lubang yang besar menghadap ke atas menyebabkan air masuk ke dalam hidung kera, sehingga dia kerap bersin. Untuk menghindari kemasukan air hujan, monyet ini seringkali duduk dengan kepala terselip di antara lutut.
Monyet ini dipercaya menghabiskan waktunya pada musim panas di dataran tinggi dan mendekat ke pemukiman warga ketika musim dingin untuk mencari makan. Habitatnya yang dikelilingi oleh Sungai Mekong dan Sungai Salween membuat monyet ini terisolasi dengan monyet lainnya dan sulit dijumpai.
IFF memperkirakan spesies ini hanya terdapat sekitar 300 ekor di alam liar. Hal ini membuat Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan spesies ini ke dalam kategori terancam punah. Sayangnya, perburuan untuk konsumsi serta penebangan liar mengancam keberadaan spesies ini.
0 komentar:
Posting Komentar