Seorang nenek bernama Widi akhirnya dievakuasi secara paksa dari dusun Palem Sari oleh anggota Kopassus. Nenek Widi bersikukuh menolak dievakuasi lantaran ia ingin mempertahankan rumah dan hewan ternak miliknya. Karena itu, Nenek Widi menggigit lengan anggota Kopassus yang menggendongnya.
"Nenek itu enggak mau dievakuasi. Dia ngotot mempertahankan rumah dan hewan ternaknya. Tapi demi keselamatannya, dia saya gendong. Dia terus berusaha berontak. Malah menggigit lengan saya," kata Serda Grup 2 Kopassus Dwi Andi, Sabtu (30/10/2010) di Umbulharjo, Cangkringan.
Menurut Sersan Dwi, berdasarkan informasi warga, nenek Widi sejak letusan pertama pada Selasa lalu itu tetap berada di rumahnya. Dia menolak dievakuasi. Namun, kali ini letusannya jauh lebih besar dari sebelumnya. Mau tidak mau, nenek Widi harus dievakuasi.
"Saya sudah membujuknya, tapi dia tetap tidak mau. Akhirnya, saya gendong saja dia," terangnya, yang mengevakuasi Nenek Widi menggunakan sepeda motor. Mereka tiba di Balai Desa Umbulharjo sekitar pukul 07.00 WIB. Kemudian, langsung di rujuk ke RS Panti Nugroho.
Evakuasi warga yang masih berada di dusun berlangsung pukul 00.30 WIB. Namun, nenek Widi baru dievakuasi subuh. Pasalnya, jalan menuju Palem Sari tertutup oleh pohon-pohon yg tumbang. Sersan Dwi berada di ring satu, di dekat Dusun Palem Sari. Saat itu listrik di rumah warga mati total.
Sinyal handy talky yang digunakan untuk memperoleh laporan aktivitas Gunung Merapi mati total.
Karena itu, untuk mengetahui aktivitas terakhir gunung tersebut, Dwi dan sejumlah anggota Kopassus lainnya melakukan pemantauan visual secara langsung.
"Letusannya sangat besar. Kami mendengar suara gedebam. Saat melihat ke arah gunung itu tampak api meleleh dari atas puncak. Jarak pandang sangat pendek. Sambil mengendarai motor, saya memperingatkan warga untuk segera turun dengan berteriak sekencang-kencangnya. Makanya suara saya serak," ujarnya.
Jarak pandang sangat dekat. Material gunung seperti pasir sudah meluncur dengan cepat dan terus membuntuti anggota Kopassus yang melakukan evakuasi tersebut. Warga yang masih berada di rumahnya itu langsung keluar dan mengindahkan peringatan.
Menurut Sersan Dwi, berdasarkan informasi warga, nenek Widi sejak letusan pertama pada Selasa lalu itu tetap berada di rumahnya. Dia menolak dievakuasi. Namun, kali ini letusannya jauh lebih besar dari sebelumnya. Mau tidak mau, nenek Widi harus dievakuasi.
"Saya sudah membujuknya, tapi dia tetap tidak mau. Akhirnya, saya gendong saja dia," terangnya, yang mengevakuasi Nenek Widi menggunakan sepeda motor. Mereka tiba di Balai Desa Umbulharjo sekitar pukul 07.00 WIB. Kemudian, langsung di rujuk ke RS Panti Nugroho.
Evakuasi warga yang masih berada di dusun berlangsung pukul 00.30 WIB. Namun, nenek Widi baru dievakuasi subuh. Pasalnya, jalan menuju Palem Sari tertutup oleh pohon-pohon yg tumbang. Sersan Dwi berada di ring satu, di dekat Dusun Palem Sari. Saat itu listrik di rumah warga mati total.
Sinyal handy talky yang digunakan untuk memperoleh laporan aktivitas Gunung Merapi mati total.
Karena itu, untuk mengetahui aktivitas terakhir gunung tersebut, Dwi dan sejumlah anggota Kopassus lainnya melakukan pemantauan visual secara langsung.
"Letusannya sangat besar. Kami mendengar suara gedebam. Saat melihat ke arah gunung itu tampak api meleleh dari atas puncak. Jarak pandang sangat pendek. Sambil mengendarai motor, saya memperingatkan warga untuk segera turun dengan berteriak sekencang-kencangnya. Makanya suara saya serak," ujarnya.
Jarak pandang sangat dekat. Material gunung seperti pasir sudah meluncur dengan cepat dan terus membuntuti anggota Kopassus yang melakukan evakuasi tersebut. Warga yang masih berada di rumahnya itu langsung keluar dan mengindahkan peringatan.
0 komentar:
Posting Komentar