Ternyata orang dayak itu ramah dan menyenangkan. Tidak seperti bayangan saya sebelumnya. Bahkan mereka juga memiliki jiwa humor yang cukup tinggi. Berikut saya kutipkan sebuah cerita lucu yang konon benar-benar terjadi di wilayah ini. Selamat menikmati dan jangan sungkan untuk tertawa hingga memaerkan gigi.
Alkisah, harga pasaran lada mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Setelah sekian tahun harga lada berada di titik yang sangat mengecewakan, akhirnya para petani lada di pedalaman Kalimantan dapat merasakan keuntungan dari lada yang selama ini ditimbun dan tidak dijual. Lada dengan jumlah hingga puluhan ton itu membuat para petani dapat mengantungi uang hingga ratusan juta dari hasil menjual lada.
Sebutlah Bujang, seorang pemuda petani lada yang mendadak kaya dan ingin menikmati kekayaannya. Sebagai seorang pemuda, tentu si Bujang juga ingin bergaya layaknya pemuda lainnya. Maka hal pertama yang ingin dibeli dengan uangnya yang banyak itu adalah hape. Diwujudkanlah keinginan yang selama ini dipendam dan dirasa tidak dapat diwujudkan. Dengan membawa sejumlah uang yang cukup banyak di dalam tas jeraminya, Bujang berangkat dari kampungnya menuju kota terdekat untuk membeli hape di gerai handphone terbesar di kota itu.
Bujang : Tolong pak, saya mau beli hape.
Penjaga toko : Ehm, ingin hape yang seperti apa pak? Merk apa dan tipe berapa?, sahut penjaga toko dengan raut muka bingung dan tidak percaya kalau orang dengan pakaian lusuh yang berdiri di depannya sanggup membeli hape.
Bujang pun bingung mau menjawab apa, karena dia tidak mengerti mengenai tipe dan macam hape. Namun akhirnya dengan yakin Bujang menjawab, 'Saya mau membeli hape yang paling mahal'.
Dengan enggan dan masih tidak percaya penjaga toko mengambilkan hape yang diminta dan menyebutkan sejumlah harga. Tanpa ragu Bujang pun membayarnya. Melihat pembeli di depannya mampu membayar, sikap penjaga toko berbalik ramah dan mulai melayani dengan senyum yang memperlihatkan gigi.
'Hape ini belum bisa dipakai pak bila belum ada pulsanya', terang penjaga toko dengan senyum ramah.
'oh, yasudah berikanlah pulsa', jawab Bujang dengan bangganya.
'Mau pulsa yang berapa pak?', sahut penjaga toko.
Kali ini tanpa ragu BUjang langsung menjawab 'Saya beli pulsa yang paling mahal saja'.
Dengan senyum yang makin mengembang penjaga toko memberikan pulsa dengan pecahan paling besar.
Beberapa saat kemudian penjaga toko bertanya 'Oh iya pak, memang di daerah bapak ada sinyal?'
Setelah berpikir beberapa jenak, Bujang menjawab 'sepertinya tidak ada', karena memang Bujang belum pernah mendengar nama tersebut.
'Oh, berarti hape bapak tidak bisa digunakan karena tidak ada sinyal', terang penjaga toko dengan raut muka kasihan.
Kemudian dengan yakin dan lantang Bujang berkata 'Yasudah, saya juga beli sinyal yang paling mahal'.
Entah bagaimana raut muka penjaga toko mendengar perkataan terakhir Bujang tersebut.
Sebutlah Bujang, seorang pemuda petani lada yang mendadak kaya dan ingin menikmati kekayaannya. Sebagai seorang pemuda, tentu si Bujang juga ingin bergaya layaknya pemuda lainnya. Maka hal pertama yang ingin dibeli dengan uangnya yang banyak itu adalah hape. Diwujudkanlah keinginan yang selama ini dipendam dan dirasa tidak dapat diwujudkan. Dengan membawa sejumlah uang yang cukup banyak di dalam tas jeraminya, Bujang berangkat dari kampungnya menuju kota terdekat untuk membeli hape di gerai handphone terbesar di kota itu.
Bujang : Tolong pak, saya mau beli hape.
Penjaga toko : Ehm, ingin hape yang seperti apa pak? Merk apa dan tipe berapa?, sahut penjaga toko dengan raut muka bingung dan tidak percaya kalau orang dengan pakaian lusuh yang berdiri di depannya sanggup membeli hape.
Bujang pun bingung mau menjawab apa, karena dia tidak mengerti mengenai tipe dan macam hape. Namun akhirnya dengan yakin Bujang menjawab, 'Saya mau membeli hape yang paling mahal'.
Dengan enggan dan masih tidak percaya penjaga toko mengambilkan hape yang diminta dan menyebutkan sejumlah harga. Tanpa ragu Bujang pun membayarnya. Melihat pembeli di depannya mampu membayar, sikap penjaga toko berbalik ramah dan mulai melayani dengan senyum yang memperlihatkan gigi.
'Hape ini belum bisa dipakai pak bila belum ada pulsanya', terang penjaga toko dengan senyum ramah.
'oh, yasudah berikanlah pulsa', jawab Bujang dengan bangganya.
'Mau pulsa yang berapa pak?', sahut penjaga toko.
Kali ini tanpa ragu BUjang langsung menjawab 'Saya beli pulsa yang paling mahal saja'.
Dengan senyum yang makin mengembang penjaga toko memberikan pulsa dengan pecahan paling besar.
Beberapa saat kemudian penjaga toko bertanya 'Oh iya pak, memang di daerah bapak ada sinyal?'
Setelah berpikir beberapa jenak, Bujang menjawab 'sepertinya tidak ada', karena memang Bujang belum pernah mendengar nama tersebut.
'Oh, berarti hape bapak tidak bisa digunakan karena tidak ada sinyal', terang penjaga toko dengan raut muka kasihan.
Kemudian dengan yakin dan lantang Bujang berkata 'Yasudah, saya juga beli sinyal yang paling mahal'.
Entah bagaimana raut muka penjaga toko mendengar perkataan terakhir Bujang tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar